The Finest Hours
Movie

The Finest Hours: Kisah Penyelamatan Nyata yang Menegangkan di Tengah Badai

Gue inget banget pertama kali nonton The Finest Hours, itu malam minggu yang seharusnya biasa aja. Tapi jujur, film ini bikin malam gue jadi luar biasa. Film ini bukan sekadar kisah penyelamatan—ini cerita tentang keberanian gila-gilaan manusia menghadapi kemustahilan.

Movie ini berdasarkan kisah nyata dari tahun 1952, saat badai musim dingin brutal memecah dua kapal tanker di lepas pantai Cape Cod, Massachusetts. Satu kapal, SS Pendleton, patah dua. Bayangin, kapal segede gaban bisa patah kayak kerupuk, bro!

Nah, di sinilah masuk si tokoh utama kita: Bernie Webber, anggota Penjaga Pantai AS (diperankan sama Chris Pine). Dia dapet misi yang bisa dibilang kayak misi bunuh diri—naik perahu kecil, di tengah badai, nyari bagian belakang SS Pendleton yang masih ada orang-orang di dalamnya. Gila? Iya. Tapi ini nyata. Dan di sinilah kita disuguhi 117 menit film yang tegangnya nggak kira-kira.

Kenapa The Finest Hours Sangat Menegangkan?

Film review: 'The Finest Hours' is a force of nature | TBR News Media

Dari awal film aja, lo udah dikasih nuansa kelam. Langit mendung, angin ribut, suasana kota kecil di New England yang sepi—semua itu ngasih vibe ‘ini nggak bakal jadi hari yang biasa.’

Tapi ketegangan paling terasa bukan cuma karena badai. Justru karena konflik emosional dan psikologis karakter-karakternya Liputan6.

Gue paling merinding waktu ngeliat adegan di mana Bernie harus memutuskan berangkat ke laut padahal dia tahu banget kemungkinan selamat itu kecil. Orang-orang di sekitar dia, termasuk komandannya sendiri, bahkan kelihatan agak ragu juga. Tapi dia tetap berangkat.

Gue pribadi mikir, “Kalau gue jadi dia, mungkin gue bakal kabur sih…”

Tekanan itu bukan hanya dari luar, tapi dari dalam dirinya sendiri juga. Dia bukan pahlawan macho kayak di film-film aksi pada umumnya. Dia pemalu, canggung, dan nggak percaya diri. Tapi keberaniannya—itu yang bikin gue terpukau.

Dan jangan lupa soal tim penyelamatnya. Mereka cuma berempat, naik perahu kecil, ngebelah badai yang gede banget sampai kapal-kapal besar pun bisa patah. Visual efek badainya itu lho—bikin perut mual dan tangan dingin. Serius.

Ketegangan makin nambah karena penonton tahu: ini kisah nyata. Jadi, lo nontonnya sambil mikir, “Orang beneran ngalamin ini? Gila!”

Tips Menonton The Finest Hours Biar Pengalaman Makin Maksimal

Kalau lo mau nonton The Finest Hours, gue ada beberapa saran dari pengalaman pribadi gue:

1. Tonton di Ruangan Gelap dan Sunyi

Gue nonton pertama kali pas rumah lagi sepi. Efek suaranya—angin, badai, suara kapal berderak—itu semua makin terasa kalau lo nonton dalam kondisi tenang. Bikin lo serasa ikut dalam perahu itu.

2. Pakai Headset atau Speaker yang Bagus

Sound design film ini tuh luar biasa. Suara ombak, hujan, mesin kapal, semuanya detail banget. Kalau pakai speaker yang jelek, lo bakal kehilangan sensasi paling penting: suara yang bikin deg-degan.

3. Jangan Gangguin Diri Sendiri Pakai HP

Gue sempat iseng buka HP pas adegan tenang, eh ternyata bentar lagi ada momen penting, dan gue malah ketinggalan. Jadi matiin notifikasi dulu, bro.

4. Siapin Tisu (Serius)

Gue nggak bakal bohong, bagian akhirnya bikin mata agak basah. Bukan sedih doang, tapi campur aduk sama kagum. Jadi ya, siapin tisu. Buat jaga-jaga.

5. Tonton Bareng Teman atau Keluarga

Gue nonton ulang bareng istri gue, dan reaksi dia pas liat aksi penyelamatan itu—wah, priceless! Film ini bagus buat ditonton bareng karena banyak momen diskusi setelahnya.

Part Terseru dalam The Finest Hours yang Bikin Napas Tertahan

Oke, ini bagian yang gue tunggu-tunggu buat ceritain ke lo: part paling gila dan bikin jantung deg-degan.

Waktu perahu kecil yang dinaiki Bernie dan timnya akhirnya nemuin kapal SS Pendleton yang udah hancur separuh, mereka dihadapkan pada tantangan: bagaimana cara mengevakuasi lebih dari 30 orang dari kapal yang udah hampir tenggelam ke perahu kecil mereka?

Dan mereka harus melakukannya DALAM BADAIIII!

Gue bener-bener pegangin bantal waktu adegan itu. Satu-satu awak kapal turun pakai tangga tali, dan si Bernie harus manuver perahu kecilnya supaya tetap stabil di tengah gelombang tinggi. Lo bisa liat mata mereka—takut, tapi tetep nekat. Bahkan ada momen kapal kecil mereka kehilangan kompas! Di tengah laut, malam hari, badai, dan TANPA KOMPAS!

Kalau lo pikir film Titanic menegangkan, percayalah, The Finest Hours punya level ketegangan sendiri. Ini bukan drama cinta di kapal mewah—ini soal bertahan hidup.

Review Jujur dari Pengalaman Menonton The Finest Hours

Setelah film selesai, gue diem beberapa detik. Biasanya setelah nonton, gue langsung ambil HP, buka Twitter atau cek WA. Tapi kali ini enggak. Gue duduk aja, mikirin: Orang-orang ini beneran ngelakuin itu semua?

Secara teknis, film ini luar biasa. Sinematografi yang dingin dan kelam mencerminkan kondisi musim dingin yang brutal. Sound design-nya tajam. Dan akting Chris Pine… juara sih. Dia bukan Captain Kirk yang percaya diri, tapi sosok pemalu yang justru jadi pahlawan.

Tapi yang paling ngena buat gue bukan soal teknis. Tapi soal pesan dari film ini: keberanian bukan berarti lo nggak takut, tapi lo tetep maju meski lo takut.

Gue pribadi jadi mikir soal kerjaan, soal keluarga, soal keputusan-keputusan besar yang pernah (atau belum) gue ambil. Film ini kayak tamparan lembut yang bilang: “Berani itu bukan nunggu siap, tapi maju aja meski lo gemeter.”

Apa yang Bisa Kita Petik dari The Finest Hours

Review of "The Finest Hours"

Oke, sebagai orang yang suka banget nyari “hikmah” dari film (maklum, guru 40-an ya wkwk), gue dapet beberapa pelajaran penting dari The Finest Hours:

  1. Pahlawan itu Biasa Aja
    Bernie Webber bukan orang hebat dari awal. Tapi dia punya tekad. Dan kadang, itu cukup buat jadi hebat.

  2. Kerja Tim Menyelamatkan Nyawa
    Tanpa dukungan temannya, Bernie nggak akan bisa. Kadang, kita terlalu fokus jadi “satu orang yang menonjol”, padahal keberhasilan justru ada di kerja tim yang solid.

  3. Keputusan Sulit Harus Diambil
    Ada momen di mana lo harus milih, bukan berdasarkan kenyamanan, tapi berdasarkan kebutuhan. Dan itu yang dilakukan Bernie.

  4. Jangan Remehin Diri Sendiri
    Bernie itu dianggap “lembek” oleh beberapa koleganya. Tapi siapa sangka, justru dia yang menyelamatkan puluhan nyawa? Kadang, dunia belum kenal potensi lo—dan itu bukan salah dunia. Tugas lo: buktikan aja.

Worth It Nggak Nonton The Finest Hours?

Gue kasih nilai pribadi: 9 dari 10.

Film ini cocok buat lo yang suka drama dengan tensi tinggi, latar sejarah, dan kisah yang menyentuh. Buat lo yang doyan action atau thriller juga bakal suka, karena film ini punya elemen ketegangan yang natural—bukan karena jump scare atau tembak-tembakan, tapi karena situasinya yang bikin merinding.

Dan yang paling penting: film ini mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, keberanian, dan pengorbanan dalam bentuk yang paling realistis.

Kalau lo belum nonton, serius deh—masukin The Finest Hours ke daftar film lo minggu ini. Tapi inget ya, jangan sambil scroll TikTok. Ini film yang layak dapet perhatian penuh. Karena kisah nyatanya, kisah penyelamatannya, dan keberanian manusianya… itulah yang bikin The Finest Hours layak dikenang sebagai salah satu film bertema penyelamatan terbaik yang pernah gue tonton.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Screamboat Film Pengalaman Menonton Film Horor yang Bikin Deg-degan tapi Asyik Banget disini

Author