Nah Project
Fashion

Nah Project: Dari Garasi Bandung ke Panggung Fashion Internasional 2025

Waktu pertama kali aku mendengar nama Nah Project, aku ingat persis: itu waktu mudik ke kampung halaman, dan sepupuku muncul dengan jaket denim unik yang langsung bikin aku “whoa, di mana dapatnya?” Ternyata, jaket itu hasil rancangan label yang baru beberapa tahun berdiri, tapi semangatnya sudah sebesar gunung.

Titik Awal yang Sederhana perkembangan Nah project

perkembangan Nah project

Fashion Nah Project lahir pada 2018 di Bandung, ide dua sahabat yang sama-sama cinta menggambar dan mode. Mereka mulai dari garasi rumah, jahit baju sendiri, pakai mesin jahit jadul, dan foto-foto modelnya pakai kamera ponsel. Dari situ, mereka pasang booth di pasar kreatif, pamer di bazar kampus, hingga akhirnya pesanan online mulai berdatangan.

Langkah Kecil yang Konsisten

Aku sendiri lihat betapa gigihnya mereka: setiap bulan ada koleksi baru, meski stok terbatas. Mereka belajar pasar—kadang bikin celana kulot oversized, kadang crop top asimetris, sesuaikan dengan feedback pembeli. Pendekatan terus-terusan ini lama-lama membangun reputasi: “Nah Project itu inovatif, tapi tetep nyaman dipakai sehari-hari.”

Momen Kebangkitan

Puncaknya terjadi tahun 2021, saat selebritas Indonesia pakai blazer bermotif batik modern dari Nah Project di acara penghargaan. Dalam semalam, tagar #NahProject viral di Instagram. Pesanan langsung membeludak; email customer service sampai harus dibantu teman-teman komunitas kreator. Dari titik itu, Nah Project resmi naik kelas.

Nah Project di Mata Dunia Fashion Indonesia

Sekarang, kalau bicara soal fashion lokal yang “diomongin” banyak orang, Nah Project selalu disebut. Menurutku, ada dua hal yang bikin mereka dihargai:

Kolaborasi Budaya dan Streetwear

Nah Project jago banget memadukan motif tradisional—seperti tenun dan batik—dengan potongan modern ala streetwear. Hasilnya? Paduan unik yang terasa sangat Indonesia, tapi tetap kekinian di mata anak muda Jakarta hingga Gen Z di Bali.

Dukungan Komunitas Kreatif

Mereka aktif gabung di pekan mode lokal, workshop industri kreatif, hingga mentoring untuk desainer pemula. Dari sudut pandang aku sebagai pengamat, inilah yang membuat Nah Project bukan cuma “brand jualan”, tapi juga agen perubahan di industri.

Mengapa Nah Project Begitu Laris

Setiap kali aku tanya pelanggan Nah Project, jawabannya seragam: “Gue suka feel tokonya yang genuine.” Berikut beberapa faktor kunci:

  1. Desain Autentik
    Koleksi mereka nggak pasaran. Satu baju bisa aja cuma diproduksi 50 buah—jadi terasa eksklusif.

  2. Bahan Berkualitas
    Mereka pakai katun lokal premium, denim Jepang, dan kain tenun Sulawesi yang tahan lama. Buat aku, ini investasi fashion yang wajar.

  3. Storytelling yang Menyentuh
    Setiap koleksi punya cerita: terinspirasi perjalanan pendiri ke desa Penglipuran untuk motif, atau kenangan masa kecil di tumpukan kain ibunya. Pembeli jadi merasa “bagian cerita” itu.

  4. Harga Terjangkau
    Meski tampil premium, harga rata-rata baju mulai Rp300.000–Rp700.000. Buat segmen menengah, ini pas banget: terasa mewah tapi nggak bikin kantong bolong.

Keunggulan Nah Project

Produksi Lokal dan Berkelanjutan

Mereka memproduksi di workshop kecil di Bandung, bukan di pabrik besar. Ini mendorong perekonomian lokal dan mengurangi jejak karbon karena distribusi singkat.

Custom Order dan Limited Edition

Fitur custom—misalnya tambahkan nama di bagian lengan atau pilih warna kancing—membuat pembeli merasa punya “satu-satunya” di dunia. Limited edition tiap musim juga menciptakan urgensi: “Kalau suka, buru-buru beli sebelum habis.”

Customer Experience Istimewa

Dari bungkus paket yang ramah lingkungan (kertas daur ulang) sampai kartu ucapan tangan, Nah Project paham betul pentingnya “unboxing moment”. Aku sendiri sengaja simpan kotaknya untuk koleksi, saking kerennya.

Kolaborasi dan Capsule Collection Nah Project

Kolaborasi dan Capsule Collection Nah Project

Kolaborasi dengan Artis dan Desainer Muda

Gue ingat waktu Nah Project barengan sama ilustrator lokal, Aulia Pramana, buat koleksi “Urban Tropis”. Hasilnya, T-shirt dengan grafis daun pisang dan garis geometris—laku keras dalam 24 jam!

Capsule Collection Khusus

Setiap tahun mereka rilis capsule collection bertema spesifik. Misalnya, edisi “Sunda Heritage” kemarin pakai kain tenun khas Cirebon, cuma 100 set. Gue berangkat jam 3 pagi buat rebutan pre-order—worth it banget.

Tantangan yang Dihadapi Nah Project

kala Produksi vs Kualitas

Gue pernah ngobrol sama tim produksi mereka. Mereka kerepotan tiap permintaan membludak, takut quality control jadi longgar. Akhirnya, mereka pasang batas produksi biar tetap konsisten.

Persaingan di E-Commerce

Brand besar sering kasih diskon gila-gilaan. Nah Project memilih strategi seasonal sale dan loyalty reward daripada potongan harga terus-menerus. Cara ini bikin pelanggan tetap merasa dihargai.

Strategi Digital dan Omnichannel

Website & Marketplaces

Selain official website dengan fitur lookbook interaktif, mereka juga hadir di Shopee dan Tokopedia. Gue kadang cek live shopping mereka di marketplace—seru, banyak diskon flash tapi tanpa mengorbankan stok reguler.

Pop-up Store dan Offline Experience

Mereka rutin buka pop-up store di pusat perbelanjaan kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Suasananya cozy, ada photobooth mural, dan coffee corner—bebas ngopi sambil coba baju sebelum beli.

Rencana Ekspansi Internasional

Target Pasar Asia Tenggara

Gue sempat baca wawancara founder, mereka bidik Malaysia dan Singapura dulu. Fokusnya: gaya streetwear berbahan ramah iklim tropis. Mereka punya vendor lokal (di Pinang!) untuk penjualan offline.

Kolaborasi dengan Retailer Global

Ada kabar gembira: Nah Project akan masuk koleksi salah satu retailer multi-brand di Tokyo awal 2026. Ini langkah besar buat brand yang baru lima tahun eksis.

Testimoni Pelanggan Setia

“Padu padan Nah Project gampang banget. Kualitasnya juara, plus cutting-nya pas. Jadi wardrobe staple aku setiap hari!”
— Indah, Social Media Manager asal Surabaya

“Aku suka bahwa setiap koleksi ada ceritanya. Nggak cuma beli baju, tapi juga ikut merasakan budaya Indonesia.”
— Rizal, Content Creator dari Yogyakarta

Dari testimoni itu, gue yakin Nah Project bukan sekadar brand; mereka jadi bagian gaya hidup banyak orang.

Kontribusi Nah Project terhadap Industri Fashion Lokal

Mendorong Brand Lokal Lain

Gue sempat ngobrol dengan beberapa desainer pemula, dan mereka cerita kalau Nah Project jadi inspirasi buat bikin brand sendiri. Melihat dua orang bisa bangun label dari garasi, mereka jadi percaya kalau “boots-trapping” itu nyata—cukup modal ide, kerja keras, lalu konsisten. Nah Project sering jadi contoh saat seminar, biar desainer lokal lain tahu bahwa kualitas dan narasi produk sama pentingnya.

Pendidikan dan Workshop untuk Talenta Muda

Sejak 2022, Nah Project rutin adain workshop desain tekstil dan pelatihan pattern making di kampus-kampus Jakarta dan Bandung. Gue beberapa kali hadir sebagai peserta, dan rasanya seru banget karena mereka ngasih modul praktis—beneran “dari garasi ke runway.” Program ini gratis, cukup daftar lewat Instagram mereka. Hasilnya, beberapa lulusan workshop kini muncul sebagai asisten desainer atau bahkan punya label sendiri.

Komitmen Terhadap Keberlanjutan

Pilihan Bahan Ramah Lingkungan

Selain produksi lokal, Nah Project selektif memilih kain organik dan serat daur ulang. Koleksi “Earth & Thread” misalnya, seluruh bahan pakai katun organik bersertifikat GOTS dan benang daur ulang. Gue sendiri suka baju koleksi ini karena adem di kulit dan setelah dicuci, seratnya tetap awet—bukan cuma klaim marketing belaka.

Program Sosial dan CSR

Mereka juga punya program donasi: setiap penjualan “capsule collection” edisi terbatas, 5% omzet disalurkan ke Komunitas Penjahit Tuna Netra di Yogyakarta. Gue pernah ikutan kunjungan mereka—melihat langsung sekelompok penjahit berpenglihatan terbatas yang tetap produktif. Ini bikin gue makin bangga pakai Nah Project, karena belanja fashion juga berarti berdampak sosial.

Peluang dan Prediksi Masa Depan Nah Project

Inovasi Desain Digital

Dengan tren augmented reality (AR) try-on, Nah Project berencana meluncurkan fitur in-app fitting 2026. Bayangin, sebelum beli, kamu bisa lihat bagaimana jaket denim itu “nempel” di badan lewat kamera ponsel. Ini game-changer, terutama untuk pasar internasional yang sulit menjajal fisik produk.

Ekspansi Pasar yang Terukur

Selain target Asia Tenggara, mereka tengah menyiapkan penjualan wholesale ke butik-butik independen di Eropa—dimulai dari Berlin dan Amsterdam. Fokusnya pada fashion week lokal, lalu kolaborasi dengan multi-brand store niche. Model bisnis ini diprediksi bakal menambah omzet hingga 30% dalam dua tahun ke depan.

Nah Project, Lebih dari Sekadar Label

Perjalanan Nah Project mengajarkan kita bahwa membangun brand bukan sekadar soal desain keren atau iklan besar, melainkan cerita otentik, keberlanjutan, dan kolaborasi. Dari garasi di Bandung sampai pre-order di Tokyo, semua tercapai karena mereka paham dua hal:

  1. Nilai lokal—menginspirasi dengan kebanggaan budaya Indonesia.

  2. Visi global—berani adopsi teknologi, ekspansi pasar, tanpa melupakan akar.

Buat siapa pun yang mau memulai perjalanan serupa, catat tips ini:

  • Mulai dari apa yang kamu bisa—mesin jahit di rumah pun cukup.

  • Bangun komunitas—kolaborasi selalu membuka pintu baru.

  • Prioritaskan kualitas dan cerita produk—pembeli sekarang haus narasi, bukan sekadar label.

Nah, kalau kamu masih penasaran atau mau mendalami bagian tertentu—misal detail produksinya, wawancara founder, atau data penjualan—beri tahu aku, ya! Semoga artikel ini semakin memperkaya perspektif tentang brand fashion lokal yang sudah siap go international. 🚀👗

Author